Wal-Mart Department Store Terbesar di Dunia
Beroperasi sejak th.1962 di Rogers, Arkansas
USA. Pada tahun pertama beroperasi walmart telah melakukan penjualan diatas $ 1
juta. Walton membuka usahanya dengan berkonsentrasi di kota kecil dan
menawarkan konsep inovatif “self-service”. Tahun 1967 walmart memiliki 24 toko
dengan penjualan sebesar $ 12.6 juta. Pada tahun 1980 walmart memiliki 276 toko dengan penjualan pertahunnya
sebesar $ 1.4 milyar. Dan pada tahun 1984 meningkat menjadi 640 toko dengan
tingkat penjualan pertahun sebesar $ 4.5 milyar dengan memperoleh keuntungan
diatas $ 200 juta. Walmart
menawarkan garansi Kepuasan Pelanggan, dan waktu yang lebih panjang
untuk berbelanja. Walmart memiliki strategi EDLP (Every Day Low Price). Walmart
sangat berkembang pesat di pasar US. Cakupan segmentasi bisnis Wal-Mart luas. Segmentasi Bisnis walmart
terbagi menjadi 2 yaitu : (Divisi Retail : Wal-Mart stores, Sam’s Club,
Neighborhood Market, Wal-mart International, Wal-Mart.com); (Divisi
Spesialis: Tire & Lube Express, Wal-Mart Optical, Wal-Mart Pharmacy,
Wal-Mart Vacations, Wal-Mart Used Fixture Auction).
Wal-Mart Go Global, walmart telah masuk ke
pasar internasional dan memulai ekspansi & berkonsentrasi di Meksiko &
Kanada karena kesamaan budaya, kebiasaan masyarakat dan lingkungan bisnis. Wal-
Mart juga melakukan ekspansi ke Argentina & Brazil karena pertumbuhan
ekonomi yang tinggi di Amerika Latin & Perusahaan US lebih mudah masuk ke
pasar Amerika karena tergabung dalam NAFTA. Wal-Mart melakukan ekspansi ke pasar internasional melalui akuisisi,
joint venture, pembelian saham mayoritas dan mendirikan anak perusahaan. Sistem distribusi otomatis (mengurangi waktu
& biaya distribusi shipping/ pelayaran). Sistem penyimpanan terkomputerisasi (mempercepat proses pengecekan dan
pemesanan kembali stok persediaan). Kesalahan strategi memasuki pasar
internasional dengan masuk ke pasar Eropa melalui Jerman. Kebanyakan perusahaan
US masuk pasar Eropa melalui UK, karena kesamaan budaya, bahasa, lingkungan dan
peraturan hukum.
Kesalahan anggapan Wal-Mart bahwa dengan
menaklukan pasar Jerman akan dapat menaklukan hampir ke seluruh bagian besar
pasar Eropa. Wal-Mart tidak bisa mengaplikasikan
strategi EDLP (Every Day Low Price) di Eropa yang sangat sensitif terhadap
harga. Mengalami kendala pada akuisi Wertkauf & Interspar. Wertkauf hanya meliputi Jerman barat daya, kondisi ini
gagal membuat Wal-Mart penetrasi
sempurna di Pasar Jerman. Interspar mengalami kebangkrutan yang parah &
mempunyai imej yang buruk di Jerman, Interspar mempunyai layout & desain
yang sangat berbeda dengan standar Wal-Mart, maka memerlukan renovasi besar.
Dan yang lebih parahnya Wertkauf & Interspar tidak popular di Jerman. Wal-mart mengalami kesulitan dalam menyatukan
Wertkauf & Interspar karena perbedaan budaya dan lingkungan kerja: (Wertkauf : sentralisasi , seluruh keputusan dibuat
oleh kantor pusat), (Interspar : desentralisasi, setiap unit regional
bebas mengambil keputusan). Moral pegawai dipengaruhi oleh pergantian aturan internal Wal-Mart.
Eksekutif mengalami cultural syock saat dalam perjalanan bisnis, mereka diminta
untuk berbagi kamar dengan alasan pengurangan biaya. (Hal ini tidak pernah
dialami mereka di perusahaan terdahulu). Wal-Mart kesulitan membina hubungan
dengan suppliernya di Jerman. Di US perusahaan dengan pihak supplier menyukai
distribusi secara sentralisasi, namun supplier di Jerman tidak menyukai
distribusi secara sentralisasi.
Wal-Mart
mengalami masalah penyimpanan (inventory), hanya memiliki 1 tempat untuk
penyimpanan segala macam barang / stok, kondisi ini menyulitkan pengaturan.
Wal-Mart kekurangan pegawai di bagian inventory karena biaya gaji pegawai yang
tinggi di jerman, sehingga perputaran stok barang sangat lambat. Wal-Mart tidak memahami budaya kerja orang
Jerman, dengan tidak menunjuk perwakilan serikat pekerja. Wal-Mart juga membayar gaji pegawai
dengan rendah. Dan Wal-mart tidak memenuhi Kondisi lingkungan kerja yang baik,
hingga terjadi pemecatan besar, karena Wal-mart harus mengurangi beban biaya
pegawai. Walmart memiliki kendala pada budaya di Jerman. Wal-Mart mempunyai stategi“ten-foot rules” namun tidak dapat
diterapkan di Jerman, karena orang
Jerman tidak suka orang asing ikut campur saat mereka berbelanja. Wal-Mart
tidak bisa menugaskan seseorang dipintu masuk toko untuk menyapa selamat
datang pada pelanggan, karena orang
Jerman tidak memperdulikan hal tersebut. Wal-Mart tidak bisa memberikan “loyalty card” karena terbentur aturan
pemerintah yang melarang diskon tanpa penyesuaian. Walmart juga memiliki kendala pada bahasa di Jerman. Petinggi manajemen
US tidak belajar bahasa Jerman, English adalah bahasa resmi di Wal-Mart,
kondisi ini mengakibatkan pekerja merasa asing, mereka tidak dapat menyatu dan mudah frustasi, bahkan pegawai
Jerman kesulitan dengan pronounce / pelafalan Wal-Mart dengan benar.
Wal-Mart menyadari populasi US hanya 4% dari populasi dunia, jika
Wal-Mart hanya fokus di pasar US, Wal_mart kehilangan peluang untuk
mengembangkan pasar. Jerman adalah salah satu pangsa bisnis retail terbesar di Eropa, GNP & Populasi Jerman Barat
sekitar USD 80 Juta. Pemerintah Jerman
menolak perusahaan retail & makanan baru, maka salah satu cara untuk masuk
pasar Jerman dengan mengakuisisi perusahaan Retail / makanan yang sudah beroperasi di Jerman. Walmart memiliki prospek masa depan yang cukup bertahan di pangsa bisnis
di Jerman. Walaupun setelah 5 tahun Wal-Mart masuk ke pasar Jerman, namun belum
menunjukan implikasi yang signifikan dalam industri retail, namun Wal-Mart
masih dapat bertahan di Jerman. Walaupun banyak analis menyatakan bahwa Wal-Mart gagal menaklukan
Jerman, namun Independen team, terdiri dari beberapa koran mengindikasikan
dalam kepuasan konsumen Wal-Mart termasuk peringkat ke-7 dari 10 retail terbesar
diJerman. Ini menyatakan bahwa Walmart masih ada di hati pelanggannya di Jerman
dan ini dapat menjadikan acuan yang
besar untuk walmart. Sehingga walmart memiliki kesempatan besar untuk lebih
maju di pangsa pasar internasional.
Wal-Mart memiliki peluang yang besar untuk
memperbaiki kegagalan yang pernah terjadi yaitu dengan tidak mengakuisisi
perusahaan lain, karena peluang itu akan terbuka jika walmart fokus pada
stabilisasi bisnis. Wal-mart juga memiliki kesempatan yang lain
untuk memperbaiki kegagalannya yaitu dengan memfokuskan pengurangan biaya
kapital, daripada membuka supercenter. Dan Wal-Mart harus fokus membuka toko yang lebih kecil
dibeberapa daerah kecil di Jerman. Jerman
merupakan salah satu pasar di seluruh eropa yang sangat sensitif
terhadap harga. Masyarakat Eropa lebih fokus pada nilai & harga
dibandingkan dengan layanan konsumen. Pasar Jerman Oligopoly, hanya sedikit
pemain yang mendominasi industri. Retail Jerman didominasi oleh
Perusahaan Keluarga, dan kebanyakan perusahaan tersebut tidak terdaftar di
pasar saham. Biaya buruh tinggi, biaya real-estate tinggi, lingkungan Bisnis sangat
tidak flexible.
Ancaman dari Keadaan Politik & Ekonomi
Jerman. Awal 1990, pertumbuhan Jerman Barat sangat maju, pertengahan 1990
penyatuan Jerman Barat & Timur mempengaruhi pertumbuhan Jerman, Akhir 1990
Pertumbuhan Jerman Melambat dan kondisi ini berpengaruh pada industri retail.
Awal 2000, pertumbuhan Ekonomi Jerman yang melambat berdampak penurunan
keuntungan di semua level, termasuk penjualan, retail, dll. Industri Retail di
Jerman terjegal oleh banyaknya aturan pemerintah Jerman. Retail di Jerman hanya
dapat beroperasi maksimal 80jam / minggu (jam buka terpendek di seluruh Eropa).
Retail tidak boleh beroperasi di hari minggu/ libur. Retail tidak boleh menjual
produk/jasa dibawah harga pasar. Retail hanya dapat menurunkan harga di saat-
saat tertentu (Wal-Mart tidak bisa mengaplikasikan strategi EDLP di Jerman). Ancaman dari para pesaing. Wal-Mart mendapat persaingan ketat dari Kmart
& Target (retail besar di US) dan di Jerman itu sendiri Walmart memiliki
pesaing seperti Aldi, Lidl, Rewe, Metro AG, Edeka Group dan lain-lain.
Globalisasi & Liberalisasi di Jerman membuka pasar baru & menciptakan
peluang bagi toko/ perusahaan retail untuk masuk ke Jerman, kondisi ini membuat
persaingan semakin ketat. Perang harga
antara retail besar yang sesuka hati/ tanpa aturan di pasar Jerman, membuat
margin perusahaan terkikis habis. (setiap kali Wal-Mart menurunkan harga, maka
retail lain akan ikut menurunkan harga). Retail Jerman mempunyai ikatan kuat
dengan konsumennya.
Ancaman pemerintah Jerman berdasarkan peraturan
& hukum yang berlaku di Jerman. Untuk melindungi retail kecil & medium,
retail besar dilarang menurunkan harga tanpa penyesuaian, karena akan
mengakibatkan perang harga dan persaingan yang tidak fair. Wal-Mart telah
menghadapi tuntutan persidangan karena menurunkan harga dibawah standar harga,
keputusan persidangan menyatakan Wal-Mart harus mencabut strategi penetapan
harga-nya. Wal-Mart menghadapi tuntutan persidangan karena menolak publikasi
Laporan Keuangan. Aturan kode komersial Jerman menyatakan perusahaan terbatas
tetap harus mempublikasi Laporan Keuangan Perusahaan. Persidangan mendenda
senior eksekutif Wal-Mart karena tidak memberikan informasi keuangan &
memutuskan Wal-Mart harus mempublikasi Lapkeu. Wal-Mart meminta banding untuk
kasus ini.
Ancaman dari Labor Union/ Serikat Buruh.
Wal-Mart memiliki beberapa kelemahan internal yaitu tidak memahami budaya kerja orang Jerman, dengan
tidak menunjuk perwakilan serikat
pekerja, Wal-Mart membayar gaji pegawai dengan rendah, dan buruh menolak
kebijakan “centralized wage bargaining process” gaji pekerja ditentukan
berdasarkan rata-rata produksi dari beberapa perusahaan dalam industri yang
sama. Wal-Mart didemo, dan buruh meminta negosiasi kontrak gaji. Dan pada saat
terjadinya pemecatan besar karena Wal-mart harus mengurangi beban biaya
pegawai, pada akhirnya serikat buruh mengorganisir seluruh pegawai untuk
walk-out dari perusahaan, dengan adanya kondisi seperti ini akan membuat Publisitas
yang buruk bagi Wal-Mart. Ancaman dari Supplier. Wal-Mart kesulitan
membina hubungan dengan suppliernya, karena supplier di Jerman tidak menyukai
distribusi secara sentralisasi. Hubungan dengan supplier pun tidak cukup
dewasa, sehingga supplier tidak dapat memberikan masukan bagi Wal-Mart. Wal-Mart akan kesulitan untuk masuk ke dalam
pasar Indonesia. Hal ini dikarenakan Wl-Mart pernah membuka tokonya di
Indonesia (Supermal Karawaci) pada pertengahan tahun 1990-an namun ditutup
karena kurang menguntungkan. Selain itu Wal-Mart telah dikritik oleh
beberapa kelompok masyarakat, kelompok hak kewanitaan, dan persatuan buruh,
khususnya mengenai banyaknya produk-produk yang disumber dari luar negeri, rendahnya
buruh, serta dugaan diskriminasi kelamin.
Jika Wal-Mart tetap masuk di pasar Indonesia,
Wal-Mart harus merubah sistem atau menyelaraskan dengan budaya Indonesia agar
tidak terulang lagi. Selain itu, Wal-Mart akan mempunyai competitor/pesaing
yang kuat dalam hal ini adalah Carrefour cukup terbukti dapat menguasai pangsa
pasar khususnya di Indonesia. Carrefour adalah sebuah kelompok supermarket
internasional, berkantor pusat di Perancis. Carrefour adalah kelompok retail
kedua terbesar setelah Wal-Mart. Gerai Carrefour pertama dibuka 3 Juni di
Annecy. Didirikan oleh Marcel Fournier dan Louis Deforey. Kelompok Carrefour memperkenalkan konsep
hypermarket untuk pertama kalinya, sebuah supermarket besar yang
mengkombinasikan departemen store (toko serba ada). Keperkasaan Carrefour
tampak dari laporan majalah retail asia pada tahun 2006 dengan 24 toko
Carrefour mampu menduduki peringkat kedua perolehan omzet Carrefour jika
mengambil alih 29 toko Alfa, plus sejumlah pembukaan gerai baru. Pada saat
ini Carrefour sudah mengakuisisi Alfa dengan membeli saham Alfa Supermarket
sebesar 75% dan KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) Syamsul Ma’arif
memproyeksikan Carrefour akan mendominasi industri retail di Indonesia dan
berarti barang-barang Alfamart akan didominasi dengan barang Carrefour.
Dengan hadirnya Alfamart dan
Indomaret akan menambah persaingan yg ketat apabila Walmart benar-benar kembali
membuka cabangnya di Indonesia. Karena tahun lalu ada berita yang mengabarkan
bahwa Walmart ingin membuka cabang di Indonesia. Bisa anda bayangkan apabila
Walmart benar-benar membuka cabangnya disini. Pasti Supermarket berceceran
dimana-mana, sedangkan dengan kehadiran Alfamart dan Indomaret saja sudah
membuat Pasar Tradisional terancam keberadaanya karena kalah bersaing. Apalagi
ditambah perampokan yang terjadi pada Supermarket 24 jam semakin merajalela.
Bisa dibilang negara kita ini,
negara supermarket. Setiap sudut jalan pasti ada supermarket 24 jam dan lebih
parahnya lagi supermarket yg berbeda tempatnya bersebelahan. Lebih baik
pemerintahan membangun Taman Kota seperti di luar negeri dimana ada tempat
bermain untuk rakyatnya. Sampai mau kapan Indonesia begini?
0 komentar:
Post a Comment