Renungan untuk Para Gadis!!!
Wahai engkau
para gadis dan perjaka yang sedang merasakan kasmaran dan dilanda jatuh cinta
serta kesenangan punya pacar. Hati-hatilah, “wala taqrabu zina!”
(janganlah engkau mendekati perbuatan zina). Jangankan sampai berbuat zina,
sekali berciuman apalagi lebih dari itu, hinalah engkau seketika!! Engkau telah
menghinakan dirimu sendiri, ibumu, Rasulullah dan Allah demi mengikuti bisikan
syetan dan memenuhi nafsu syahwatmu.
Bagaimana
engkau tidak menghinakan diri,
Bagi dirimu, engkau telah membuat dirimu menjadi murah, tidak menjaga kesucianmu yang diamanatkan oleh orang tua, Rasulullah dan Allah SWT. Engkau mudah dimesrai, disentuh, dicium, dibuka auratmu, apalagi lebih dari itu, oleh laki-laki yang tidak sah tidak dan berhak menikmatimu.
Bagi dirimu, engkau telah membuat dirimu menjadi murah, tidak menjaga kesucianmu yang diamanatkan oleh orang tua, Rasulullah dan Allah SWT. Engkau mudah dimesrai, disentuh, dicium, dibuka auratmu, apalagi lebih dari itu, oleh laki-laki yang tidak sah tidak dan berhak menikmatimu.
Bagaimana
engkau tidak menghinakan orang tuamu,
Ibu merawatmu sejak bayi, menyusuimu dengan senang dan bahagia, engkau dimandikan, dirawat, dibedaki, tubuh mungil lucumu selalu ditaburi minyak wangi dan ditutup dengan kain lembut dan baju. Ia lakukan itu setiap hari dan bertahun-tahun karena sangat menyayangimu, pengorbanannya siang malam hingga kurang tidur tak pernah ia keluhkan. Setelah dewasa, engkaupun sangat dikhawatirkannya. Bayangkanlah capeknya, peluh keringatnya dan kurang tidurnya karena sejak kecil hingga remaja ia merawatmu dengan tanggung jawab dan kasih sayang. Sesudah agak besar dan engkau tumbuh menjadi remaja, ibumu dan bapakmu sudah tak bisa lagi melihat bagian-bagian datri tubuhmu karena telah tumbuh menjadi aurat yang harus ditutup dan tidak boleh diperlihatkan bahkan kepada ibu yang mengandung, melahirkan dan membesarkanmu sendiri. Mengapa bagitu? Karena aurat itu sangat mahal dan istimewa, mahkota dan kesucian perempuan.
Ibu merawatmu sejak bayi, menyusuimu dengan senang dan bahagia, engkau dimandikan, dirawat, dibedaki, tubuh mungil lucumu selalu ditaburi minyak wangi dan ditutup dengan kain lembut dan baju. Ia lakukan itu setiap hari dan bertahun-tahun karena sangat menyayangimu, pengorbanannya siang malam hingga kurang tidur tak pernah ia keluhkan. Setelah dewasa, engkaupun sangat dikhawatirkannya. Bayangkanlah capeknya, peluh keringatnya dan kurang tidurnya karena sejak kecil hingga remaja ia merawatmu dengan tanggung jawab dan kasih sayang. Sesudah agak besar dan engkau tumbuh menjadi remaja, ibumu dan bapakmu sudah tak bisa lagi melihat bagian-bagian datri tubuhmu karena telah tumbuh menjadi aurat yang harus ditutup dan tidak boleh diperlihatkan bahkan kepada ibu yang mengandung, melahirkan dan membesarkanmu sendiri. Mengapa bagitu? Karena aurat itu sangat mahal dan istimewa, mahkota dan kesucian perempuan.
Bayangkan,
betapa engkau telah mengkhianatinya, ketika aurat itu engkau buka begitu saja
dengan mudah, murah dan gampang pada pacarmu, laki-laki yang tiba-tiba datang
dan menyukaimu sesudah engkau besar hasil dari perawatan ibumu sejak kecil.
Engkau murahkan tubuhmu untuk dinikmati laki-laki yang tidak sah dan belum
tentu menjadi suamimu. Betapa engkau telah menyakiti ibumu dalam sekejap,
engkau mengkhianati jerih payahnya bertahun-tahun merawatmu. Ibumu tak bisa
lagi mencium bibirmu yang ketika bayi sering dilakukannya. Ibu tidak boleh lagi
dan malu melihat auratmu, demikian juga engkau malu auratmu bila suratmu
dilihat ibumu. Tapi, betapa teganya engkau membukanya pada laki-laki asing di
keluargamu. Engkau mempersilahkan laki-laki yang tidak sah untuk
menikmati tubuhmu begitu saja. Tak ingatkah perngorbanan dan keringat ibumu?
Betapa jahatnya engkau pada ibumu yang melahirkan dan merawatmu. Tahukah
engkau, ketika engkau berciuman dan tubuhmu dinikmati laki-laki yang tidak sah,
sesungguhnya ibumu menangis menjerit merasa dilukai hatinya. Tega kah engkau?
Lalu, perempuan macam apa setega itu pada ibunya sendiri?
Rasulullah SAW
juga kamu khianati. Rasulullah dengan jerih payahnya, dengan kesusahannya
dan perjuangan beratnya telah mengangkat harkat derajat perempuan dari budaya
jahiliyah yang merendahkan perempuan menjadi sangat terhormat. Demi menjaga
harkat, derajat dan kesucian perempuan, ia mewanti-wanti agar mereka menutup
auratnya. Begitu sayangnya Nabi pada perempuan dan tanggung jawabnya yang besar
sampai-sampai ia bersikap tegas soal pergaulan perempuan: “Janganlah seorang
laki-laki berduaan dengan perempuan (bukan mahram) karena yang ketiganya adalah
syetan” (HR. Abu Dawud). “Janganlah seorang lelaki bermalam di rumah
seorang janda kecuali sudah dinikahinya atau dia mahramnya” (HR. Muslim). “Seorang
wanita yang memakai minyak wangi lalu lewat di tengah-tengah kaum (laki-laki)
dengan maksud agar mereka menghirup bau harumnya maka wanita itu adalah
pelacur.” (HR. An-Nasaa’i) “Tiada aku meninggalkan suatu fitnah
sesudahku lebih berbahaya terhadap kaum pria daripada godaan wanita.” (HR.
Bukhari dan Muslim) Asma binti Abu Bakar telah menemui Rasulullah dengan
memakai pakaian yang tipis. Rasulullah segera memalingkan pandangannya dan
bersabda: “Wahai Asma, sesungguhnya seorang gadis yang telah haid tidak
boleh memperlihat anggota badannya kecuali pergelangan tangan dan mukanya”
(HR. Bukhari Muslim). “Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu
lebih baik daripada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya”
(HR. Thabrani dan Baihaqi). “Barang siapa memakai pakaian yang
berlebih-lebihan (seksi atau sangat mewah), maka Allah akan memberikan pakaian
kehinaan dihari akhir nanti” (HR. Abu Daud). “Wahai anakku Fatimah!
Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih
otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia tidak mau menutup rambutnya
daripada dilihat laki-laki yang bukan mahramnya” (HR. Bukhari &
Muslim) “Sesungguhnya banyak ahli neraka adalah perempuan-perempuan yang
berpakaian tapi telanjang, yang condong pada maksiat dan menarik orang lain
untuk melakukan maksiat, mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium
baunya” (HR. Bukhari & Muslim).
Lihat betapa
tegasnya Rasulullah yang mulia melindungi kehormatan dan kesucian perempuan.
Untuk siapa? Untuk kemuliaan perempuan sendiri. Lalu, tegakah kita
mengkhianatinya? Setiap hari engkau tega mengkhianati Nabi dan mengabaikan
perintah dan peringatannya?
Tak
tanggung-tanggung, Allah pun kamu khianati. Sebelum Rasulullah
dan Ibumu, Allah sendirilah yang telah memberikan peringatan-peringatan agar
perempuan menghargai dirinya dan memuliakan dirinya dengan menutup auratnya: “Hai
Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri
orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka,
yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS.
Al Ahzab : 59). “Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan mukmin hendaklah
mereka menundukan pandangannya dan menjaga kehormatannya” (An-Nur :
31).
Allah telah
membuatmu sangat mahal. Bayangkan, untuk bisa menyentuhmu, memesraimu dan
menidurimu, Allah memerintahkan laki-laki yang meminangmu untuk membayar mahar
yang disebut “emas kawin.” Bayangkan, tidak main-main, “emas.” Emas adalah
logam mulia yang mahal dan simbol perhiasa paling mewah. Allah mensejajarkanmu
dengan emas. Apa tidak merendahkan dan menghinakan dirimu, ketika syarat emas
itu engkau gratiskan dan mudahkan pada laki-laki tidak sah untuk menikmatimu
demi kesenangan nafsu syahwatmu? Ketika tubuhmu dinikmati laki-laki yang tidak
sah, engkau benar-benar telah memurahkan dan menghinakan dirimu menjadi sampah
yang tidak berharga.
Akankah engkau
terus menghinakan diri dan mengkhianati tiga sosok kemuliaan dan keagungan
sekaligus: Ibu, Nabi dan Allah sendiri? Betapa beraninya engkau. Bukankah itu
berarti hidupnya hanya menantang kecelakaan saja? Bila begitu, apa artinya hidup
berlama-lama kalau ujungnya hanya akan celaka di akhirat kelak?? Memang tujuan
hidupmu mau apa dan engkau mau kemana kelak setelah mati?? Dan bukankah mati
tidak memandang usia? Bukankah betapa banyak gadis perempuan mati muda dan
belum sempat merubah hidupnya dan bartaubat???
0 komentar:
Post a Comment